About

Friday 11 November 2011

Berani Gagal dan Berani Salah

Pernah nggak, suatu saat kalian bertemu dengan orang yang berkata dengan bangganya, “Alhamdulillah saya jarang melakukan kesalahan.” Lalu ketika orang dengan antusias bertanya, “Wah, hebat. Bagaimana Anda bisa melakukannya?” Ia menjawab dengan santai, “Karena saya juga jarang melakukan sesuatu.” Ih, nyebelin kan?

Padahal yang namanya mencoba dan salah adalah ajang untuk menguji seberapa banyak kita menggunakan akal dan potensi kita dalam berkreasi mengatasi dan memenangkan kehidupan untuk menuju khusnul khatimah (akhir yang baik). Coba deh, kita renungi kembali betapa kita lebih sering merasa nyaman atas ketidaksalahan kita, padahal kesalahan adalah aset sebab ia merupakan umpan balik tentang bagaimana kita tidak melakukan sesuatu. Berarti jika kita tidak melakukan kesalahan, jangan-jangan kita memang tidak pernah melakukan sesuatu. Para pemenang melakukan banyak kesalahan daripada para pecundang. Itu sebabnya mereka sukses, sebab mereka terus belajar dari kesalahan dan berusaha memperbaiki kesalahan itu.


Thomas Alfa Edison adalah legenda. Ketika ada seseorang yang bertanya bagaimana perasaannya ketika ia berkali-kali gagal saat membuat bola lampu. Edison menjawab bahwa ia sama sekali tidak gagal, melainkan berhasil menemukan beribu-ribu cara untuk membuat bola lampu. Dengan penyikapan yang sehat terhadap kegagalan seperti itu, maka Edison berhasil memberi sumbangan kepada dunia, sumbangan yang tepat terpatri selamanya pada sejarah.

Rasulullah berkata dalam hadistnya, “Lau laa annakum tudzhibuuna lakhalaqallah tabaaraka wa ta’aala khalqan yudzibununa fa yaghfirulahum.”
Artinya: Apabila kamu tidak pernah berbuat (dosa), maka Allah akan menciptakan makhluk lain yang dibuat-Nya berdosa kemudian ia bertaubat dan Allah mengampuni mereka (HR. Muslim)

Bukan berari kami mengajak kalian dalam berbuat dosa lho, tetapi berarti kita tidak perlu takut untuk melakukan sebuah amalan. Sebab toh, jika kita melakukan kesalahan, Allah Yang Maha Pemberi Taubat senantiasa memberikan ruang kita untuk memperbaikinya.

Jadi pilih yang mana? Tanpa kesalahan, tetapi tanpa prestasi, atau sebaliknya, salah sesekali. Tetapi  berprestasi?

Dikutip : Jannah, Izzatul. Pengembangan Pribadi Remaja. Solo : Eureka. 2003, hlm. 27 – 30

0 comments:

Post a Comment