About

Kajian SENSOR

Kajian SENSOR atau kajian senin sore adalah pengajian rutin 2 minguan untuk Pelajar Muslim SMA Negeri 2 Yogyakarta

RISPER

Kharisma Newspaper atau yang lebih sering disebut RISPER adalah sebuah media dakwah tempel yang di pasang di tiap kelas SMA Negeri 2 Yogyakarta

Khawama

Khawama atau Kharisma Wall Magazine adalah buat karya anak-anak Pengurus Kharisma yang digunakan sebagai media pendidikan Islam

Pengajian Idul Adha

Pengajian Idul Adha 1432 H SMA Negeri 2 Yogyakarta

Masjid Ash-Shidiq

Masjid Ash-Shidiq SMA Negeri 2 Yogyakarta

Sunday 10 November 2013

Belajar Memaafkan karena Allah

     


     Assalamualaikum Wr.Wb
     Dalam proses melakukan hubungan muamalah antar sesama manusia (Habluminannas), tiap tiap diantara kita pasti pernah melakukan kesalahan. Baik itu yang sepele sampai yang sekiranya sulit untuk termaafkan. Nah, bagaimana islam memandang persoalan yang satu ini? ketika syariat mengharuskan kita untuk saling memaafkan, namun beberapa kesalahan dari orang lain kita anggap terlalu mustahil untuk diampuni. 

     Banyak orang di luar sana beranggapan, bahwa memaafkan dan mengalah kepada orang lain yang menyakiti hati kita, hanya akan merendahkan harga diri dan martabat kita. Atau, sulit memaafkan terjadi ketika rasa gengsi telah menguasai diri kita, dan kita malah sibuk untuk memposisikan diri kita sebagai pihak yang salah atau benar dalam suatu permasalahan.. 

Allah berfirman dalam Surat An-Nur ayat 22

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُ

مْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." 

     Memaafkan dan meminta maaf, pada hakikatnya tidak terletak pada posisi mana kita berada, di pihak yang salah atau benar. Kebesaran jiwa kita untuk lebih dulu meminta maaf jika salah, atau memaafkan pihak lain yang telah menyakiti hati kita, justru akan menunjukkan kualitas diri kita sebagai umat muslim.
     Al-Quran memang menetapkan, bahwa seseorang yang diperlakukan secara zalim diizinkan untuk membela diri tapi bukan didasarkan balas dendam. Pembelaan diri dilakukan dengan penuh simpati seraya menunjukan perangai yang luhur, bersabar, memaafkan dan toleran.
    

     Marilah kita lihat bagaimana mulianya hati Rasulullah SAW. saat peristiwa pembebasan kota Mekkah (Fathul Makkah).  Dihadapan orang-orang yang selama ini gigih memusuhinya, Rasulullah berkata : "Wahai orang-orang Quraisy. Menurut pendapat kamu sekalian apa kira-kira yang akan aku perbuat terhadapmu sekarang? Jawab mereka: "Yang baik-baik. Saudara kami yang pemurah. Sepupu kami yang pemurah." Mendengar jawaban itu Nabi kemudian berkata: "Pergilah kamu semua, sekarang kamu sudah bebas." Begitu luruh jiwa Nabi, karena dengan ucapan itu kepada kaum Quraisy dan kepada seluruh penduduk Makkah, beliau telah memberikan amnesty (ampunan) umum. Padahal saat itu nyata mereka tergantung hanya di ujung bibirnya dan kepada wewenangnya atas ribuan bala tentara Muslim yang bersenjata lengkap yang ada bersamanya. Mereka dapat mengikis habis penduduk Makkah dalam sekejap hanya tinggal menurut perintah dari Nabi.

     Dengan pengampunan dan pemberi maaf itu, jiwa Nabi telah melampaui kebesaran yang dimilikinya, melampaui rasa dengki dan dendam di hati, menunjukkan bahwa beliau bukanlah manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan membangkitkan permusuhan di kalangan umat manusia. Beliau bukan seorang tiran, yang mau menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. Padahal Nabi mengenal betul, kejahatan orang-orang yang diampuninya itu. Siapa-siapa di antara mereka yang berkomplot untuk membunuhnya, yang telah menganiayanya dan menganiaya para pengikutnya. Mereka melemparinya dengan kotoran bahkan dengan batu saat mengajak manusia ke jalan Allah. Begitu pemaafnya Rasulullah sekalipun itu kepada orang yang selalu menebar permusuhan, meneror dan mengancam keselamatannya. 

    Dari kisah diatas, dapat kita ambil suri tauladan Rasulullah SAW yang dengan kebesaran hatinya telah meluluhkan hati para musuhnya dengan tanpa menumpahkan darah. Ini membuktikan, tak selamanya memaafkan dan memberi maaf itu merendahkan harga diri kita. Karena itu, memaafkan dan meminta maaf itu berkaitan degan keikhlasan jiwa seseorang. Seseorang yang berhati ikhlas, dan pemaaf, jarang menemukan banyak duri dalam hidupnya, karena Allah senantiasa memberi banyak kelapangan dalam segala urusan hidupnya. Allah berfirman dalam Surat Asy-Syura ayat 40 
فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ
Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya adalah di sisi Allah.” 
     
     Dengan memaafkan, berarti kita telah mampu menahan rasa amarah, dan terbebas dari sifat iri dan dengki di hati. Beban di hati pun telah hilang dengan sendirinya, karena percaya bahwa masih ada kekuatan yang maha dahsyat dari Dzat Pemilik Segala yang Hidup, yakni Allah Azza wa Jalla
     Memang tidak mudah untuk menjadikan diri seorang yang pemaaf. Namun dengan belajar menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari, bukan mustahil kepribadian itu akan terbentuk. 
dari tulisan diatas, dapat kita tarik kesimpulan
"Meminta maaf dan memaafkan tidak terikat dengan dalam posisi mana kita berada. Namun dengan terlebih dahulu meminta maaf atau memaafkan orang lain, disitulah letak keluhuran dan kebesaran hati seorang muslim"


Monday 4 November 2013

Ketika Musibah Mendera Jiwa

     


 Manusia memang dilahirkan dengan beragam masalah. Itu sudah fitrah dari Sang Pencipta. Yang terpenting adalah, jangan bertanya "kenapa masalah selalu menghampiriku", tapi bertanyalah "bagaimana caraku menyelesaikan masalah ini". Itulah rumus hidup yang harus dipegang setiap muslim.       Meskipun manusia memang dilahirkan dengan beragam cobaan dan rumitnya realita kehidupan, Allah telah menciptakan kita dengan kesempurnaan fisik dan akalAllah Ta’ala berfirman:
إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setitis mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), atas sebab itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (Surah al-Insaan, 76: 2)

      
      Demikian adanya Allah pun telah memberitahu kita bahwa Dia akan menguji setiap Hamba-Nya dengan lapar,haus, sakit, bahkan kemiskinan. Bahkan, bukan hal yang mustahil bagi untuk menguji kita dengan kemewahan dan nikmat yang diberikan-Nya. 

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan benar-benar akan Kami berikan ujian kepada kamu semua dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Iaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat selawat (keselamatan) yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Surah al-Baqarah, 2: 155-157)
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ
“Harta-benda dan anak-anak kamu adalah ujian dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. Maka bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sedaya upaya kamu, dan dengarlah, serta taatlah, dan berinfaq-lah dengan infaq yang baik untuk dirimu.” (Surah at-Taghaabun, 64 : 15-16)

     So, buat apa lagi menyesali segala macam musibah yang datang dari Allah? Kuncinya adalah selalu berhusnudzan sama Allah. dengan demikian, Insyaallah, kita akan selalu bersabar dengan segala cobaan-Nya. 
    Lagi pula, kalau kita ambil sisi positifnya, musibah dan cobaan dari Allah itu akan membuat setiap manusia semakin kreatif dalam menjalani hidup. Coba kalau kita dilahirkan tanpa ujian dan cobaan? Manusia pasti akan bermalas-malasan dan tidak lagi bersemangat dalam mengarungi kehidupan ini. 
Jadi, tetap jalani kehidupan ini dengan semangat atas dasar cinta pada Allah. Karena dibalik sebuah cobaan, akan terselip sejuta hikmah yang dapat kita petik