About

Tuesday 24 April 2012

Sudah Bosan Hidup?

Pertanyaan seperti diatas sebenarnya telah lama terungkap di dunia ini. Jauh sebelum islam datang, Bangsa Arab telah melukiskan dalam bahasa syairnya. Tak dipungkiri permasalahan orang dahulu itu karena menganut sistem “Raja Hutan”. Siapa yang berkuasa itulah yang menang. Tak mau disaingi cukup menaklukkan lawan. Entah itu membunuh personnya langsung atau perang antar-suku. Tetapi ini hanya bebicara metode saja, ekesistensi tetap sama, “the power is win”. Hanya esiensi yang berbeda jika dibandingkan jaman kini. Maka muncullah penyair-penyair mencoba menuangkan segala gundah hatinya atas ketidak-adilan. Kalo soal keadilan, kita bicara politik dulu sekarang. Coba liat aja deh, yang menang politik itu siapa? Pemimpin partai, anggota DPR atau sekaliber Menteri, bagaimana? Sampai-sampai lagu negara aja diplesetkan, “membela yang bayar…” Namun pertanyaan selanjutunya, “Kenapa??”

Sebelum menjawab, kita tengok dulu salah satu Syair(1) yang mencoba mengungkapkan betapa bosannya ia dengan senda gurau dunia,
“Aku sudah bosan dengan permasalahan hidup dan segala kehidupannya.
Delapan puluh tahun, semoga bapakmu sudah meninggal”.
Senada lahirnya istilah, “itu lagi itu lagi”. Partai boleh berganti, tapi muka tetap sama! Terjadi khan. Betapa banyak hari ini muncul partai baru, muka sama, hanya berganti nama saja.Yuk agak nyambung kalo kita kemakanan aja, coba makan daging ayam tiap hari, kalau gitu-itu aja terus pasti akan bosan juga.
Makanya cara mengatasi paling ampuh, adalah bagaimana mengubah menu makan agar bervariasi. Kemarin makan nasi, hari ini roti dan sekali-kali besok jangan makan, gimana? Puasa-lah. Kedua, disini juga ditekankan, air diam itu cepat terkontaminasi. maksudnya dalam hidup sesekali harus keluar dari zona kenyamanan, lingkungan rutinitas seharian. Buat warna dan tantangan dalam hidup anda. Jangan tingggal diam. Itulah sebabnya dalam tingkatan dien; setelah berilmu , beramal selanjutnya berdakwah dan bersabar dengannya. Bagaimana agar tidak hanya mengecap iman untuk konsumsi pribadi. Tetapi men-deliveri-kan juga kepada orang lain.

Kemudian, bijaknya kita harus bersyukur. Kalau tiap hari dapat masalah berbeda. Jangankan soal problematika hidup, persoalan makan-memakan aja kita cepat bosan. Ya bersyukur kalau dapat masalah, artinya Allah masih memberi kita kehidupan untuk menyelesaikan masalah. Menguji kita untuk bisa lebih dikatakan, “Orang-orang beriman”. Konon salah satu perusahaan di Amerika justru menerapkan “manajemen konflik”. Bagaimana? Di dalam perusahaan sengaja dimasukkan orang yang dianggap bisa bermasalah. Bisa membuat masalah. Entah itu antar karyawan atau dengan leader-nya sendiri. Mereka sengaja membuat konflik dan permasalahan. Untuk apa? Agar para karyawan khusunya kepala-kepala divisi bisa lebih dewasa menghadapi tantangan kedepannya. Seru khan?

Bahkan hal yang pertama kali dicari orang dalam menyusun karya tulis ilmiah maupun program kerja organisasi adalah mencari masalah! Terus bagaimana jika masalahnya tak berhenti?
Itulah masalah kalau masalahnya berhenti. Syair diatas melanjutkan, cukuplah umurmu paling lama 80 tahun. Artinya hidup di dunia ini paling singkat. Jangan berharap terlalu lama kalau tidak juga bermanfaat. Kata lirik nasyid, “Walaupun hidup seribu tahun kalau tidak shalat, apa gunanya”. Tidak usah meminta dipanjangkan umurnya agar masih bisa memperbanyak kekayaan dan jabatan. Itu hanya menambah masalah saja. Kita memang tidak disuruh meminta masalah, tapi juga jangan menambahnya. Yang diminta adalah umur yang untuk lebih medekatkan diri kepada Allah. Umur sejatinya seperti perkataan(2) “Wahai anak Adam, sejatinya dirimu hanyalah potongan-potongan hari. Jika berlalu satu hari hari. Maka lenyap pulalah sebagian dari dirimu”. Singkat tetapi begitu bermakna.betul-betul digunakan dalam ketaatan. Jika tak bisa menjadi matahari, cukuplah lilin. Sebentar tapi bermakna. Perlu diingat, begitu singkatnyalah jangan lupa kalau dipaksakan berlama-lama, lilin justru memusnahkan diri sendiri. Karena lentera, semakin lama menyala, redup minyaknya semakin lama berkurang pula jatah hidupnya.

Di dunia ini hanya ada dua, kebenaran dan kebatilan. Kebatilan itu satu. Kebenaran juga satu. Dan tidak akan mungkin bersatu until doomsday. Tujuan kita hanya Surga atau Neraka. Tidak ada diantara keduanya. Ketika abjad B bersingkat “Born” berarti lahir. Dan Huruf D diartikan “Dead”, mati. Maka diantaranya hanyalah C “Choise”. Hidup adalah pilihan. Antara Surga dan Neraka itulah pilihan. Anda mau sedih atau gembira. Mau gagal atau sukses. Pilih dosa or maksiat. Begitu banyak hidup memberikan pilihan. Bagaimanapun kitalah yang memilih. Dan Allah yang menetapkan atas pilihan. Mungkin anda memilih A, tapi justru B yang terpilih. Ingatlah, boleh jadi menurut kita baik, bagi Allah itu tidak baik. Dia lebih mengetahui kebutuhan dari sekedar keinginan kita.

So pastinya anda harus tetap memilih. Tapi apa yang Allah pilihkan dan ditetapkan itulah yang terbaik.
Apakah anda akan tetap bosan dengan hidup ini atau segera mengakhirinya sama sekali? Tak mampu lagi menahan cobaan terpaan hidup? Mengakhiri adalah solusi terbaik?
Jangan berhenti sebelum anda mengambil keputusan!
#Berlanjut kecatatan(3) syair berikutnya#.
Makassar, 17/12/11
by : Muhammd Scilta Riska
_______________________________________________________
(1) Harma ibnu Sinan dan Harits ibnu ‘Auf
(2) Hasan al-Bashri
(3) Tulisan ini sebenarnya implementasi untuk membuat rangkuman catatan setiap pekan apa yang telah kami pelajari dari mata kuliah “Adab” dalam Sastra Arab jaman dulu hingga kini. Dan akan berlanjut hingga beberapa drama. Mencoba mengejawantahkan dengan ilustrasi fenomena terkini. Karena dasarnya yang berubah hanyalah jaman saja, eksistetnsi manusianya tetap sama. Semisal sifat sombong, dari jaman Nabi Adam, Adam Smith, Adam Jordan dan Adam Malik-pun tetap ada dan sama. Hanya cara mereka besikap sombong berbeda.

Mempelajari sejarah masa lalu, berarti kita sedang mempersiapakan masa depan. Betapa indahnya kefasihan bahasa Arab dahulu sebelum masuknya islam. Sehingga islam datang tidak hanya karena bahasa al-Qur’an tak tertandingi, tetapi juga memperbaiki sastra akhlak dan manusia seutuhnya. Karena sejatinya orang jahiliyah dulu tetap mengakui Allah sebagai Tuhan pencipta Alam semesta. Hanya karena tidak bertauhid, yang berhak disembah hanyalah Allah semata. Kita tak menginginkan “so far so bad”, tetapi berusaha “Kaizen” terus melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Sejalan dengan pesan Rasulullah, “Muslim yang bijak dan beruntung adalah apabila hari ini ia lebih baik dari kemarin”. Keimanan memang boleh berkurang tetapi amal kebaikan harus tetap bertambah. Sungguh kewajiban itu banyak sekali, sementara waktu yang tersedia terbatas. Kenapa kita musti bersenda gurau akan dunia dan kehidupannya. 

Sumber: http://www.rumahrohis.com/2012/02/sudah-bosan-hidup.html

0 comments:

Post a Comment