About

Thursday 26 January 2012

Pribadi Muslim Unggul

Hakikat unggul dan unggulan adalah sebuah “proses”. Proses adalah sesuatu yang harus dijalani dan diikuti. Bukan sesuatu yang given jatuh dari langit atau diperoleh dengan cara by passing (tiba-tiba). Hal inilah yang melandasi Michael Hart dalam bukunya Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah  memilih dan mengakui bahwa generasi sahabat Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam adalah generasi terbaik yang pernah ada dalam sejarah umat manusia (ukhrijat linnas).

Mengapa bisa demikian? Tak lain karena keberhasilan Rasulullah dalam proses membentuk sebuah sosok masyarakat ideal, khalifatul fil ardy.

Namun bagaimana caranya? Penelitian membuktikan, bahwa keunggulan seorang manusia ditentukan oleh banyak elemen kehidupan, terutama indra yang dimilikinya termasuk mata hati. Elemen kehidupan ini mempunyai peranan penting dalam proses pengamatan, investigasi, pendengaran, penelitian dan pengembangan diri.

Dengan berfikir tentang alam semesta (atau dalam bahasa Al-Quran yatafakkaruna fi khalqissamawati wal ardy) maupun berzikir mengingat Allah (Yadzkuruunallah) secara maksimal dapat melahirkan manusia unggul dan unggulan.

Bisa dibayangkan, ketika pada hati seorang muslim tertanam kokoh bahwa Allah tujuan dari segala tujuan hidupnya. Lalu melaksanakan shalat sebagai upaya formatting sekaligus character building (pembentukan sifat, sikap dan karakter diri). Kemudian ditambah training pada setiap bulan Ramadhan sebagai self controlling (control dan kendali diri). Maka, semestinya dalam kalangan muslim akan muncul generasi-generasi unggul yang mampu menghadapi segala macam tantangan zaman. Subhanallah.

Belum lagi dengan keseterdiaan networking (jaringan dan kepedulian) yang dibangun melalui zakat, yang merupakan sebuah strategic collaboration. Dan terakhir diformulasikan dalam total action (ketundukan, kepasrahan dan rela berkorban demi sang Maha Agung) yakni suatu kerja terpadu dan mengglobal, yang diimplementasikan dalam ibadah haji. Maka lengkap sudah teori manajemen diri dari Islam.

Namun pertanyaannya, mengapa keunggulan itu tidak muncul pada generasi kita? Padahal syahadat telah kita ulang setiap hari, shalat sehari lima kali, puasa wajib sebulan dalam setahun, zakat terus mengalir, dan jutaan hujjaj bertawaf mengelilingi ka’bah tiada henti? Adakah yang hilang dari kita? Apa yang salah? Apakah dengan ketiadaan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersama kita merupakan alasan yang sah untuk berkata ‘kita pantas kalah’?

TENTUNYA TIDAK. Karena ada satu makna yang tersembunyi dibalik kata unggul yang belum kita eksplorasi. Makna itu adalah kualitas.

Akan selalu adsa suatu batu uji empiris atau aktivitas ibadah mahdhah kita. Dan ini menentukan bagi timbangan kualitas kita. Apapun klaim kita atas Mission Statement, Character Building, Self Controlling, Networking, Strategic Collaboration, Total Action yang tersembunyi di balik syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji kita. Pada ghalibnya dia akan diuji pada wilayah public-empiris di masa hidup dan kelak di alam akhirat. Termasuk juga ibadah ghairu madhah (ibadah sosial) yang profan.

Kedua terminal pengujian ini mempunyai kriteria yang sama, yakni kualitas dari sudut kebenarannya (itqanul amal) dan dari sudut keikhlasannya (ikhlasunniyah). Di mana yang satu berkaitan dengan ‘profesionalitas’ dan yang lain berkaitan dengan kemurnian komitmen kepada Allah yang Maha Pencipta. Perpaduan kedua energi inilah sebenarnya rahasia dibalik kata “unggul” itu. Dan inilah yang pantas disebut sebagai energi spitual dan natural.

Dua hal itulah kata kunci dari terciptanya manusia unggul. Karena profesionalitas merupakan sunnatullah dalam memahami ayat-ayat kauniyah. Sedang keikhlasan adalah sunnatullah untuk memperoleh ridha-Nya. Pada kedia bagian inilah kita mesti bermuhasabah seberapa jauh komitmen kita pada kualitas amal dan hati. Karena inilah kunci keunggulan itu.
Lalu bagaimana kiat agar menjadi pribadi yang unggul? Berikut ini beberapa di antaranya :
  1. Percaya diri, yakinkan bahwa kita ditakdirkan menjadi umjmat terbaik, lakukan amal terbaik
  2. Bangun sistem yang kondusif pilih lingkungan dan teman-teman yang berkualitas
  3. Mampu bersinergi (berjamaah)
  4. Manajemen qalbu mampu mengendalikan hati
Bangkitlah dan jangan ditunda-tunda lagi untuk menjadi seorang pribadi muslim yang berprestasi, yang unggul dalam potensi yang telah dianugerahkan Allah kepada setiap diri hamba-hamba-nya.

Source: Tim Akademik Tutorial. Beriman Istiqomah Berislam Kaffah. Yogyakarta: Tim Tutorial Pendidikan Agama Islam. 2010, hlm. 74-77

0 comments:

Post a Comment